32.8 C
Surabaya
28 April 2025, 17:41 PM WIB

Mengalahkan Influencer, Ternyata Ini Sosok Paling Dikagumi Gen Z

METROTODAY, SURABAYA – Survei terbatas yang dilakukan oleh StatsMe pada 9-15 April lalu mengungkapkan fakta menarik tentang bagaimana Generasi Z (Gen Z) memandang tokoh perempuan inspiratif.

Salah satu temuan utama adalah bahwa banyak anak muda kita yang mengidolakan ibu mereka sebagai sosok perempuan yang paling menginspirasi, meskipun mereka hidup di tengah era digital yang sarat dengan informasi global.

Ibu, Sosok Inspiratif di Mata Gen Z

Dari 80 responden yang mengikuti survei, sebanyak 34 persen di antaranya menyebut ibu mereka sendiri sebagai idola. Di posisi kedua, setelah ibu, adalah tokoh perempuan legendaris, RA Kartini, yang mendapat dukungan dari 29 responden. Setelah itu, figur seperti influencer, pahlawan perempuan lainnya, dan tokoh politik turut menjadi pilihan, namun tidak sebanyak ibu dan Kartini.

Rizca Yunike Putri, pakar sosial dari StatsMe, mengungkapkan bahwa fenomena ini mencerminkan dinamika sosial yang menarik. “Fenomena bahwa Gen Z lebih banyak mengidolakan ibu mereka sendiri dibandingkan tokoh perempuan publik seperti RA Kartini atau influencer digital merupakan dinamika sosial yang sarat makna dan refleksi nilai,” ujar Rizca.

Meskipun Gen Z hidup dalam era digital, mereka tetap mempertahankan nilai-nilai lokal dan memiliki relasi emosional yang kuat dengan ibu mereka. Fenomena ini sejalan dengan teori Anthony Giddens tentang reflexive modernity, yang mengungkapkan bahwa individu di era modern membentuk identitas melalui pengalaman langsung dan refleksi terhadap lingkungan sosial mereka.

Ibu sebagai Representasi Nilai yang Konsisten

Rizca menjelaskan bahwa ibu bukan hanya sosok yang dekat secara fisik dan psikologis dengan anak-anaknya, tetapi juga menjadi representasi nilai-nilai yang konsisten. Di banyak budaya, khususnya di Asia dan Indonesia, ibu dianggap sebagai simbol perjuangan, pengorbanan, dan kasih sayang yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam psikologi perkembangan, ibu juga berperan besar dalam membentuk kelekatan emosional yang sehat pada anak, yang pada gilirannya memengaruhi kemampuan anak dalam membangun hubungan sosial yang positif.

“Gen Z memang akrab dengan sosial media, tetapi mereka juga semakin kritis terhadap konten dan figur yang mereka konsumsi. Pemikiran remaja tidak sepenuhnya mempercayai influencer dan mereka sadar bahwa konten media sosial sering kali tidak otentik,” ujar Rizca. Hal inilah yang membuat sosok ibu yang nyata dan konsisten lebih dihargai dan dijadikan panutan.

Algoritma Sosial Media dan Filter Bubble

Faktor lain yang memengaruhi pandangan Gen Z terhadap ibu mereka adalah algoritma sosial media yang menciptakan filter bubble, membatasi mereka hanya pada figur yang sudah mereka kenal.

Ini memperkuat hubungan emosional dengan ibu sebagai figur panutan utama. Rizca menekankan bahwa meskipun Gen Z sering terpapar media sosial, hubungan langsung dengan ibu tetap lebih dominan dalam membentuk persepsi mereka tentang peran perempuan.

Dalam survei yang dilakukan di Pulau Jawa dan Sulawesi, selain ibu dan RA Kartini, sejumlah responden juga mengungkapkan tokoh inspiratif lainnya. Di antaranya adalah Najwa Shihab, jurnalis yang dikenal dengan narasi tegas dan cerdasnya, serta Prilly Latuconsina, artis serba bisa yang dikenal dengan kepribadiannya yang menyenangkan dan mandiri.

Tidak ketinggalan, sosok-sosok pahlawan perempuan seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, dan Fatmawati juga muncul sebagai pilihan. Bahkan, ada yang menyebutkan tokoh politik seperti Susi Pudjiastuti dan Sri Mulyani sebagai inspirasi.

Revitalisasi Tokoh Perempuan dalam Dunia Modern

Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun Gen Z memiliki akses luas ke informasi global, nilai-nilai lokal dan hubungan emosional yang kuat tetap menjadi dasar identitas mereka.

Rizca menambahkan bahwa pengaruh ibu yang kuat ini juga menjadi sinyal bagi institusi publik, media, dan lembaga pendidikan bahwa mereka belum cukup optimal dalam menghadirkan representasi perempuan inspiratif yang relevan dengan kehidupan Gen Z.

Sebagai generasi yang tumbuh di tengah modernisasi dan digitalisasi, Gen Z membutuhkan figur-figur inspiratif, tidak hanya dari rumah tetapi juga dari luar. Oleh karena itu, revitalisasi tokoh perempuan seperti RA Kartini dalam narasi yang lebih kontekstual dan kreatif menjadi sangat penting.

Hal ini bisa dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah, media, dan berbagai institusi untuk menghadirkan lebih banyak figur perempuan yang bisa menginspirasi Gen Z dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dengan begitu, nilai-nilai yang diajarkan oleh ibu akan semakin kuat seiring berkembangnya lingkup pergaulan Gen Z. Maka dari itu, memperkenalkan figur-figur perempuan inspiratif yang lebih luas bisa membantu memperkuat fondasi yang telah dibangun oleh keluarga, terutama ibu, dalam kehidupan mereka.(*)

METROTODAY, SURABAYA – Survei terbatas yang dilakukan oleh StatsMe pada 9-15 April lalu mengungkapkan fakta menarik tentang bagaimana Generasi Z (Gen Z) memandang tokoh perempuan inspiratif.

Salah satu temuan utama adalah bahwa banyak anak muda kita yang mengidolakan ibu mereka sebagai sosok perempuan yang paling menginspirasi, meskipun mereka hidup di tengah era digital yang sarat dengan informasi global.

Ibu, Sosok Inspiratif di Mata Gen Z

Dari 80 responden yang mengikuti survei, sebanyak 34 persen di antaranya menyebut ibu mereka sendiri sebagai idola. Di posisi kedua, setelah ibu, adalah tokoh perempuan legendaris, RA Kartini, yang mendapat dukungan dari 29 responden. Setelah itu, figur seperti influencer, pahlawan perempuan lainnya, dan tokoh politik turut menjadi pilihan, namun tidak sebanyak ibu dan Kartini.

Rizca Yunike Putri, pakar sosial dari StatsMe, mengungkapkan bahwa fenomena ini mencerminkan dinamika sosial yang menarik. “Fenomena bahwa Gen Z lebih banyak mengidolakan ibu mereka sendiri dibandingkan tokoh perempuan publik seperti RA Kartini atau influencer digital merupakan dinamika sosial yang sarat makna dan refleksi nilai,” ujar Rizca.

Meskipun Gen Z hidup dalam era digital, mereka tetap mempertahankan nilai-nilai lokal dan memiliki relasi emosional yang kuat dengan ibu mereka. Fenomena ini sejalan dengan teori Anthony Giddens tentang reflexive modernity, yang mengungkapkan bahwa individu di era modern membentuk identitas melalui pengalaman langsung dan refleksi terhadap lingkungan sosial mereka.

Ibu sebagai Representasi Nilai yang Konsisten

Rizca menjelaskan bahwa ibu bukan hanya sosok yang dekat secara fisik dan psikologis dengan anak-anaknya, tetapi juga menjadi representasi nilai-nilai yang konsisten. Di banyak budaya, khususnya di Asia dan Indonesia, ibu dianggap sebagai simbol perjuangan, pengorbanan, dan kasih sayang yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam psikologi perkembangan, ibu juga berperan besar dalam membentuk kelekatan emosional yang sehat pada anak, yang pada gilirannya memengaruhi kemampuan anak dalam membangun hubungan sosial yang positif.

“Gen Z memang akrab dengan sosial media, tetapi mereka juga semakin kritis terhadap konten dan figur yang mereka konsumsi. Pemikiran remaja tidak sepenuhnya mempercayai influencer dan mereka sadar bahwa konten media sosial sering kali tidak otentik,” ujar Rizca. Hal inilah yang membuat sosok ibu yang nyata dan konsisten lebih dihargai dan dijadikan panutan.

Algoritma Sosial Media dan Filter Bubble

Faktor lain yang memengaruhi pandangan Gen Z terhadap ibu mereka adalah algoritma sosial media yang menciptakan filter bubble, membatasi mereka hanya pada figur yang sudah mereka kenal.

Ini memperkuat hubungan emosional dengan ibu sebagai figur panutan utama. Rizca menekankan bahwa meskipun Gen Z sering terpapar media sosial, hubungan langsung dengan ibu tetap lebih dominan dalam membentuk persepsi mereka tentang peran perempuan.

Dalam survei yang dilakukan di Pulau Jawa dan Sulawesi, selain ibu dan RA Kartini, sejumlah responden juga mengungkapkan tokoh inspiratif lainnya. Di antaranya adalah Najwa Shihab, jurnalis yang dikenal dengan narasi tegas dan cerdasnya, serta Prilly Latuconsina, artis serba bisa yang dikenal dengan kepribadiannya yang menyenangkan dan mandiri.

Tidak ketinggalan, sosok-sosok pahlawan perempuan seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, dan Fatmawati juga muncul sebagai pilihan. Bahkan, ada yang menyebutkan tokoh politik seperti Susi Pudjiastuti dan Sri Mulyani sebagai inspirasi.

Revitalisasi Tokoh Perempuan dalam Dunia Modern

Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun Gen Z memiliki akses luas ke informasi global, nilai-nilai lokal dan hubungan emosional yang kuat tetap menjadi dasar identitas mereka.

Rizca menambahkan bahwa pengaruh ibu yang kuat ini juga menjadi sinyal bagi institusi publik, media, dan lembaga pendidikan bahwa mereka belum cukup optimal dalam menghadirkan representasi perempuan inspiratif yang relevan dengan kehidupan Gen Z.

Sebagai generasi yang tumbuh di tengah modernisasi dan digitalisasi, Gen Z membutuhkan figur-figur inspiratif, tidak hanya dari rumah tetapi juga dari luar. Oleh karena itu, revitalisasi tokoh perempuan seperti RA Kartini dalam narasi yang lebih kontekstual dan kreatif menjadi sangat penting.

Hal ini bisa dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah, media, dan berbagai institusi untuk menghadirkan lebih banyak figur perempuan yang bisa menginspirasi Gen Z dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dengan begitu, nilai-nilai yang diajarkan oleh ibu akan semakin kuat seiring berkembangnya lingkup pergaulan Gen Z. Maka dari itu, memperkenalkan figur-figur perempuan inspiratif yang lebih luas bisa membantu memperkuat fondasi yang telah dibangun oleh keluarga, terutama ibu, dalam kehidupan mereka.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/