30 C
Surabaya
28 April 2025, 18:09 PM WIB

Trump Ancam Naikkan Tarif Impor China Jadi 50%, Perang Dagang Kembali Memanas

METROTODAY, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kembali mengancam China dengan menaikkan tarif impor hingga 50% jika Beijing tidak mencabut balasan tarif sebesar 34% yang sebelumnya diberlakukan terhadap produk asal AS.

Ancaman ini disampaikan pada Senin (7/4), saat pasar saham global tengah bergejolak. Pernyataan Trump muncul setelah ia menetapkan kebijakan baru bernama “Hari Pembebasan” (Liberation Day), yang mewajibkan hampir semua negara mitra dagang AS membayar tarif minimal 10%.

China kemudian membalas dengan mengenakan tarif tambahan sebesar 34% atas produk-produk AS. Trump memberikan batas waktu hingga Selasa kepada pemerintah China untuk mencabut kebijakan balasan tersebut.

Jika tidak, ia berjanji akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 50%, yang membuat total tarif atas produk China di AS bisa mencapai lebih dari 100%, jika digabungkan dengan tarif-tarif sebelumnya.

Menanggapi hal ini, Kedutaan Besar China di Washington menyebut tindakan AS sebagai bentuk “perundungan ekonomi” dan menegaskan akan mempertahankan hak serta kepentingan negaranya.

Juru bicara Kedubes China, Liu Pengyu, menyatakan bahwa tekanan dan ancaman tidak akan membuat China mundur. Ia menuduh AS bertindak sepihak, egois, dan merusak kerja sama internasional.

Dilasir dari Associated Press, kebijakan tarif baru ini bisa menjadi pukulan telak bagi industri manufaktur China, mengingat Amerika Serikat adalah pasar ekspor utama. Produk-produk utama China yang dikirim ke AS mencakup elektronik, mesin, komputer, furnitur, mainan, dan kendaraan.

Sebaliknya, ekspor utama AS ke China adalah biji-bijian, pesawat terbang, alat berat, dan obat-obatan.

Di sisi lain, ketidakpastian ini langsung mengguncang pasar keuangan global. Saham-saham di bursa Asia dan Eropa anjlok. Bursa Hong Kong bahkan mencatat penurunan harian terbesar sejak tahun 1997, dengan indeks Hang Seng merosot lebih dari 13%.

Di AS sendiri, indeks saham sempat anjlok tajam pada awal perdagangan Senin, meski kemudian sedikit pulih. Trump juga memperingatkan bahwa jika China tetap melawan, semua pembicaraan perdagangan akan dibatalkan.

Ia menyatakan tidak tertarik untuk menghentikan tarif sementara demi negosiasi. “Kita punya banyak negara yang ingin bernegosiasi, dan kita hanya akan menerima kesepakatan yang adil,” katanya dari Gedung Putih.

Israel dan Jepang termasuk negara yang mulai mengatur pertemuan dengan pemerintah AS untuk membahas tarif mereka. Sementara itu, Uni Eropa menawarkan kesepakatan “nol tarif untuk nol tarif”, namun juga siap membalas dengan langkah serupa jika diperlukan.

Trump menyimpulkan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari upaya “America First”, untuk memperbaiki ketimpangan perdagangan dan menekan utang negara yang telah mencapai USD 36 triliun.(*)

METROTODAY, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kembali mengancam China dengan menaikkan tarif impor hingga 50% jika Beijing tidak mencabut balasan tarif sebesar 34% yang sebelumnya diberlakukan terhadap produk asal AS.

Ancaman ini disampaikan pada Senin (7/4), saat pasar saham global tengah bergejolak. Pernyataan Trump muncul setelah ia menetapkan kebijakan baru bernama “Hari Pembebasan” (Liberation Day), yang mewajibkan hampir semua negara mitra dagang AS membayar tarif minimal 10%.

China kemudian membalas dengan mengenakan tarif tambahan sebesar 34% atas produk-produk AS. Trump memberikan batas waktu hingga Selasa kepada pemerintah China untuk mencabut kebijakan balasan tersebut.

Jika tidak, ia berjanji akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 50%, yang membuat total tarif atas produk China di AS bisa mencapai lebih dari 100%, jika digabungkan dengan tarif-tarif sebelumnya.

Menanggapi hal ini, Kedutaan Besar China di Washington menyebut tindakan AS sebagai bentuk “perundungan ekonomi” dan menegaskan akan mempertahankan hak serta kepentingan negaranya.

Juru bicara Kedubes China, Liu Pengyu, menyatakan bahwa tekanan dan ancaman tidak akan membuat China mundur. Ia menuduh AS bertindak sepihak, egois, dan merusak kerja sama internasional.

Dilasir dari Associated Press, kebijakan tarif baru ini bisa menjadi pukulan telak bagi industri manufaktur China, mengingat Amerika Serikat adalah pasar ekspor utama. Produk-produk utama China yang dikirim ke AS mencakup elektronik, mesin, komputer, furnitur, mainan, dan kendaraan.

Sebaliknya, ekspor utama AS ke China adalah biji-bijian, pesawat terbang, alat berat, dan obat-obatan.

Di sisi lain, ketidakpastian ini langsung mengguncang pasar keuangan global. Saham-saham di bursa Asia dan Eropa anjlok. Bursa Hong Kong bahkan mencatat penurunan harian terbesar sejak tahun 1997, dengan indeks Hang Seng merosot lebih dari 13%.

Di AS sendiri, indeks saham sempat anjlok tajam pada awal perdagangan Senin, meski kemudian sedikit pulih. Trump juga memperingatkan bahwa jika China tetap melawan, semua pembicaraan perdagangan akan dibatalkan.

Ia menyatakan tidak tertarik untuk menghentikan tarif sementara demi negosiasi. “Kita punya banyak negara yang ingin bernegosiasi, dan kita hanya akan menerima kesepakatan yang adil,” katanya dari Gedung Putih.

Israel dan Jepang termasuk negara yang mulai mengatur pertemuan dengan pemerintah AS untuk membahas tarif mereka. Sementara itu, Uni Eropa menawarkan kesepakatan “nol tarif untuk nol tarif”, namun juga siap membalas dengan langkah serupa jika diperlukan.

Trump menyimpulkan bahwa kebijakan ini adalah bagian dari upaya “America First”, untuk memperbaiki ketimpangan perdagangan dan menekan utang negara yang telah mencapai USD 36 triliun.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

Artikel Terkait

/