METRO TODAY, MOJOKERTO – Menjalani ibadah puasa dengan tubuh tetap bugar memerlukan perhatian khusus pada asupan nutrisi, terutama pengendalian konsumsi garam. Dalam acara Ngabuburit Sehat yang digagas PT Ajinomoto Indonesia, Nazhif Gifari, Ahli Gizi Universitas Esa Unggul, membongkar risiko konsumsi natrium berlebih sekaligus menawarkan solusi praktis.
Nazhif menjelaskan, natrium dalam garam bersifat menarik cairan tubuh. “Jika dikonsumsi berlebihan, efek dehidrasi selama puasa semakin tinggi. Tak hanya itu, risiko hipertensi, stroke, hingga gangguan ginjal juga mengintai,” tegasnya. Data menunjukkan, 1 gram garam mengandung 400 mg natrium—angka yang jauh lebih tinggi dibanding MSG.
Sebagai solusi, dia merekomendasikan substitusi sebagian garam dengan monosodium glutamat (MSG). “MSG hanya mengandung 133 mg natrium per gram, atau sepertiga dari garam. Dengan mengganti 30% garam menggunakan MSG, rasa masakan tetap lezat, tapi asupan natrium terkontrol,” paparnya.
Contoh konkretnya: resep yang membutuhkan 2 sendok teh garam bisa diubah menjadi 1 sendok teh garam + ½ sendok teh MSG.
Nazhif menegaskan, MSG telah dinyatakan aman oleh badan otoritas global seperti FDA dan BPOM. “Asam glutamat dalam MSG justru membantu pencernaan dengan merangsang air liur dan mengoptimalkan kerja enzim usus,” tambahnya. Hal ini menjawab kekhawatiran masyarakat yang kerap mengaitkan MSG dengan efek kesehatan negatif.
Daru Puspito, Board of Director Grup Ajinomoto Indonesia, mengungkapkan kampanye Bijak Garam bertujuan memutus rantai penyakit degeneratif akibat konsumsi garam tinggi. “Kami ingin masyarakat paham bahwa hidup sehat bisa dimulai dari pilihan bumbu sehari-hari,” ujarnya.
Selain mengurangi garam, Nazhif menyarankan:
- Perbanyak serat dan protein untuk menjaga energi.
- Hindari gula berlebihan saat berbuka.
- Gunakan rempah alami seperti kunyit atau jahe sebagai penambah rasa.
“Moderasi adalah kunci. MSG membantu mengurangi garam, tetapi kombinasikan dengan bahan alami untuk hasil optimal,” pesannya. Dengan strategi ini, puasa tak hanya menjadi momen ibadah, tetapi juga kesempatan memperbaiki pola makan demi kesehatan jangka panjang.(*)